Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memerlukan dana sebesar Rp 5,2 triliun
untuk pembangunan gedungnya di pusat dan di daerah. Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad berhadap gedung sendiri
itu sudah ada dalam lima tahun ke depan. "Kami sudah melakukan
perhitungan awal," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan
Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 26 September 2013.
Muliaman
merinci, dana sebesar Rp 1,3 triliun dari keseluruhan asumsi biaya itu
akan dipakai untuk membangun kantor pusat. Sisanya untuk pembangunan 5
kantor regional di 5 kota berbeda yakni Surabaya, Medan, Semarang,
Makasar, dan Bandung, serta 26 kantor perwakilan daerah di tiap-tiap
provinsi di Indonesia.
Selama ini kantor pusat OJK masih
menumpang di gedung bekas Bapepam LK Kementerian Keuangan, Bidakara, dan
Bank Indonesia. Tahun depan, OJK berencana meminjam gedung lain.
Muliaman
menjelaskan, ada risiko operasional yang mungkin terjadi jika kantor
pusat terpisah-pisah. Hal ini juga menyulitkan pembangunan kultur
institusi. "Memang ada dukungan teknologi, misalnya teleconference.
Tapi tak bisa masif dilakukan oleh seluruh pegawai," ujarnya. Namun, ia
mengakui akan ada lonjakan anggaran.
Wakil Ketua Komisi
Keuangan, Harry Azhar Azis menjelaskan, Otoritas Jasa Keuangan sempat
membicarakan pembangunan gedung di SCBD. Pembahasan itu dilakukan ketika
membahas Rancangan Undang-Undang OJK pertama kali pada masa Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati. "Hal itu akan dibahas nanti, karena ini
terkait aset," ucapnya.
Dalam rapat kali ini, Komisi dan OJK
menyepakati pagu anggaran OJK tahun 2014 sebesar Rp 2,408 triliun. Angka
ini naik 46,37 persen dari pagu anggaran OJK tahun 2013 yakni Rp 1,645
triliun. Namun angka ini belum termasuk anggaran pembangunan kantor.
sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/09/26/087516920/Pembangunan-Gedung-OJK-Butuh-Rp-52-Triliun(ajeng tri mutia )
Kamis, 26 September 2013
krisis ekonomi indonesia
TEMPO.CO,
Jakarta -
Sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri
Indonesia menilai tawaran kerja sama dari India bisa terhambat oleh
krisis ekonomi yang tengah melanda India serta krisis global yang belum
pulih.
“Kerja sama ini bisa terhambat, bahkan terhenti di jalan karena keadaaan ekonomi sekarang lagi sulit di India. Belum lagi krisis global, jadi kita harus hati-hati,” kata Wakil Ketua Kadin Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi, dan Penyiaran, Didie W. Soewondho, seusai pertemuan dengan delegasi Kadin India di Jakarta, Senin, 26 Agustus 2013.
Hari ini, Kadin India (Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry/FICCI) bertemu dengan Kadin Indonesia untuk membahas rencana kerja sama di beberapa sektor, antara lain infrastruktur, otomotif, energi, makanan olahan, kesehatan, dan beberapa sektor lain.
Kadin mengingatkan, pelemahan rupiah serta gejolak bursa saham di Indonesia bisa juga menjadi faktor penghambat realisasi kerja sama kedua negara. Akan tetapi, Didie melihat Indonesia masih memiliki berbagai potensi untuk dikembangkan. “Kita sebagai pengusaha Indonesia harus mengantisipasi terjadinya krisis sehingga rencana kerja sama tidak terganggu,” katanya.
Didie mengatakan sektor paling potensial di India adalah sektor infrastruktur. Menurut dia, India memiliki banyak pengalaman di sektor ini. “Dia bisa membuat jalan kereta api, membangun bandara, pelabuhan. Ini bisa dioptimalkan.”
Presiden FICCI, Naina Lal Kidwai, mengatakan krisis yang terjadi di India dan Indonesia memang bisa mengancam industri serta kegiatan ekonomi kedua negara. Namun, dia yakin populasi Indonesia, pertumbuhan kelas menengah, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih baik tetap menjadi peluang bisnis bagi India.
“Tentu saja ada dampaknya. Tapi Indonesia sebuah negara yang besar, pertumbuhan ekonominya walau sedang terhambat tidak bisa dipandang belah mata. Kami yakin banyak peluang bisnis masih bisa digarap di Indonesia,” tutur Naina.
sumber : http://www.tempo.co/topik/masalah/277/Krisis-Ekonomi-Indonesia(ajeng tri mutia )
“Kerja sama ini bisa terhambat, bahkan terhenti di jalan karena keadaaan ekonomi sekarang lagi sulit di India. Belum lagi krisis global, jadi kita harus hati-hati,” kata Wakil Ketua Kadin Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi, dan Penyiaran, Didie W. Soewondho, seusai pertemuan dengan delegasi Kadin India di Jakarta, Senin, 26 Agustus 2013.
Hari ini, Kadin India (Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry/FICCI) bertemu dengan Kadin Indonesia untuk membahas rencana kerja sama di beberapa sektor, antara lain infrastruktur, otomotif, energi, makanan olahan, kesehatan, dan beberapa sektor lain.
Kadin mengingatkan, pelemahan rupiah serta gejolak bursa saham di Indonesia bisa juga menjadi faktor penghambat realisasi kerja sama kedua negara. Akan tetapi, Didie melihat Indonesia masih memiliki berbagai potensi untuk dikembangkan. “Kita sebagai pengusaha Indonesia harus mengantisipasi terjadinya krisis sehingga rencana kerja sama tidak terganggu,” katanya.
Didie mengatakan sektor paling potensial di India adalah sektor infrastruktur. Menurut dia, India memiliki banyak pengalaman di sektor ini. “Dia bisa membuat jalan kereta api, membangun bandara, pelabuhan. Ini bisa dioptimalkan.”
Presiden FICCI, Naina Lal Kidwai, mengatakan krisis yang terjadi di India dan Indonesia memang bisa mengancam industri serta kegiatan ekonomi kedua negara. Namun, dia yakin populasi Indonesia, pertumbuhan kelas menengah, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih baik tetap menjadi peluang bisnis bagi India.
“Tentu saja ada dampaknya. Tapi Indonesia sebuah negara yang besar, pertumbuhan ekonominya walau sedang terhambat tidak bisa dipandang belah mata. Kami yakin banyak peluang bisnis masih bisa digarap di Indonesia,” tutur Naina.
sumber : http://www.tempo.co/topik/masalah/277/Krisis-Ekonomi-Indonesia(ajeng tri mutia )
Sabtu, 14 September 2013
RNI impor sapi
RNI impor 10.000 sapi per bulan mulai Januari 2014
Jumat, 13 September 2013 18:50 WIB | 1816 Views
Pewarta: Royke Sinaga
Berita Terkait
Galeri Terkait
Video Terkait
"Mulai awal 2014 secara bertahap RNI akan mengimpor sapi, ini penugasan yang sudah diperoleh dari pemerintah," kata Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro di Jakarta, Jumat.
Ismed merinci, impor 10.000 ekor sapi tersebut akan meliputi 1.000 sapi betina produktif, 2.000 anak sapi, 3.000 sapi bakalan, dan 4.000 sapi potong.
"Impor sapi RNI sedang dalam proses dokumentasi," kata Ismed.
Menurut dia, RNI menyiapkan dana Rp350 miliar untuk mengimpor sapi.
Dia mengatakan, RNI juga mengerahkan seluruh jaringan dan infrastruktur untuk mendatangkan sapi dan mendistribusikannya melalui gerai-gerai yang dia miliki.
"Pada tahun 2014, setidaknya RNI sudah memiliki gerai Waroeng Rajawali yang tersebar di Jabodetabek termasuk di sejumlah kota besar di Pulau Jawa," ujarnya.
Editor:roy marthin1997
Sabtu, 07 September 2013
perekonomian indonesia
Astra Raup Laba Rp. 8,8 Triliun Pada Semester I Tahun 2013
POSTED BY MUHAMMAD IRVAN POSTED ON 8/02/2013 WITH NO COMMENTS
Anak perusahaan PT. Astra International, Tbk dan PT. Astra International, Tbk sendiri mendapatkan laba resik diangka Rp. 8,8 triliun saat semester I-2013. Laba PT. Astra International, Tbk turun 9% dari pendapatan semester I-2012 yang saat itu berada di angka Rp.9,7 triliun. Laba bersih di setiap saham turun 9 persen menjadi Rp. 218 per saham. PT. Astra International, Tbk dan anak perusahaannya memberi informasi bahwa adanya sedikit penurunan kinerja sepanjang semester I-2013 dibandingkan semester I-2012.
Melalui peluncurannya dikatakan bahwa pendapatan bersih Astra saat ini selama 6 bulan di tahun 2013 adalah Rp 94,3 triliun. Pendapatan bersih ini mengalami penurunan 2 persen dibanding periode 2012 yang mencapai Rp 95,9 triliun.
Menurut Presiden Direktur PT. Astra International, Tbk, Prijono Sugiarto, ada beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memengaruhi kinerja usaha pada semester II tahun 2013.
Faktor yang dimaksud adalah peningkatan kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja, dan menurunnya harga komoditas. Adapun prospek permintaan domestik sendiri tetap tumbuh.
Ada enam lini bisnis inti yang menjadi fokus kegiatan Grup Astra, yakni divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agrobisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.
Prijono Sugiarto seorang presiden direktur PT. Astra International, Tbk, “banyak faktor yang akan mempengaruhi kinerja pada semester II tahun 2013. Faktor Yang dimaksud tersebut adalah peningkatan kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja.”
Tidak hanya mengalami penurunan tetapi ada dua divisi yang mengalami kenaikan laba bersih, kedua divisi tersebut adalah divisi jasa keuangan yang naik 19 persen menjadi Rp. 2,1 triliun dan divisi teknologi informasi yang bertambah 2 persen ke angka Rp. 55 miliar. Untuk Divisi alat berat dan pertambangan laba bersihnya turun 24 persen ke angka Rp. 1,4 triliun. Laba bersih divisi agrobisnis turun 25 persen menjadi Rp. 571 miliar.
Peningkatan pendapatan masyarakat dan masih terjangkaunya tingkat suku bunga mendukung tetap tingginya permintaan kendaraan bermotor. Penurunan laba bersih segmen otomotif disebabkan meningkatnya persaingan akibat peningkatan kapasitas produksi domestik dan tingginya biaya tenaga kerja.
Produk hemat energi milik Astra Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla atau yang disebut Low Cost Green carakan diluncurkan pada bulan Agustus tahun ini dengan rata rata produksi 10.000 unit per bulan.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menginginkan pemerintah untuk memperbaiki tentang regulasi tentang mobil hemat energi dan ramah lingkungan.
Memang benar kebijakan tentang mobil hemat dan ramah lingkungan bisa diterima jika sistem transportasi di kota besar sudah maju. Tetapi regulasi mobil hemat ini saat ini tidak tepat waktu dikarenakan jeleknya prasarana transportasi umum di Indonesia.
permasalahan perekonomian
Daging Harga Rp.60 Ribu/Kg Diobral Oleh Tomy Winata
POSTED BY MUHAMMAD IRVAN POSTED ON 8/03/2013 WITH NO COMMENTS
Saat ini penjualan daging murah yang dikelola oleh Artha Graha Peduli telah memasuki hari yang ke-12. Dan lagi - lagi Tomy Winata selaku pimpinan Artha Graha Peduli mengomando jajarannya agar menurunkan lagi harga daging yang sedang dijual.
Dua minggu lalu harga daging yang mereka juga berada di harga Rp. 70 ribu per kilogramnya, dan beberapa hari lalu diturunkan pada harga Rp. 65 ribu per kilogramnya. Dan akhirnya kemarin harga daing sapi yang mereja jual kembali diturunkan lagi menjadi Rp. 60 ribu perkilogramnya.
Taktik Tomy Winata yang melakukan penurunan harga daging berulang - ulang seperti itu bertujuan untuk merangsang pasar daging agar harga daing dapat berangsur turun di harga yang lebih murah agar lebih terjangkau oleh masyarakat.
"Di H-7 menjelang Idul Fitri kami sengaja kembali menurunkan harga daging sapi di Rp. 60 ribu per kilogramnya dengan harapan agar lebih banyak masyarakat yang bisa membeli daging dengan harga lebih murah sekaligus merangsang harga pasaran supaya bisa turun ke harga yang lebih wajar lagi," Kata Tomy Winata sesuai dengan keterangan yang ia tulis para Jum'at lalu.
Ia kembali menambahkan, apabila kita hitung dengan nilai tukar rupiah, umpama nilai tukar rupiah ada di angka Rp. 11 ribu, berarti harga daging maksimal adalah Rp. 65 ribu per kilogramnya. "Diharapkan semua pihak rela untuk meminimalisir sedikit saja dari keuntungannya, sehingga masyarakat bisa lebih menjangkau harga daging di pasaran,"katanya.
Di lain pihak Anas Latief sebagai ketua pelaksana yang mengadakan pasar sembako serta daging murah di Jabodetabek memberikan penjelasan bahwa kegiatan tersebut terselenggara berkat kerja sama beberapa pihak termasuk Putera Sampoerna, Sinarmas, dan juga Indomilk.
Di hari ke-13 dari pelaksanaan pasar sembako dan daging murah tersebut, dibuka kembali beberapa pasar sembako murah di beberapa tempat, antara lain di Cikeas, Duta Merlin, Kawasan Kantor TV One, Kantor PWI, Ancol, Cilangkap, Kelapa Gading, Gunung Sahari dan Pondok Cabe. Dan termasuk beberapa lokasi di luar kota, yaitu Medan, Pontianak, Makassar, Ambon, Manado, Watampone, Bangka, Kendari, Lampung, Tual, dan Banten.
"Semakin mendekati hari H lebaran, pembelian daging oleh masyarakat pun semakin meningkat. Penjualan daging murah oleh Artha Graha rencananya akan terus digelar sampai menjelang Idul Fitri, " kata Tomy.
Kamis, 05 September 2013
Blog Anggota
Blogspot Masing-masing Anggota
Marhan Rangkuti : aandrangkuti.blogspot.com
Yessi Junita : yessijunita.blogspot.com
Erna Wati Gulo : ernawatigulo.blogspot.com
Ejen Tri Mutia : ajeng3mutia.blogspot.com
Nurfazrinalbs : fazrinanur80.blogspot.com
Marhan Rangkuti : aandrangkuti.blogspot.com
Yessi Junita : yessijunita.blogspot.com
Erna Wati Gulo : ernawatigulo.blogspot.com
Ejen Tri Mutia : ajeng3mutia.blogspot.com
Nurfazrinalbs : fazrinanur80.blogspot.com
Krisis-Global-Masih-Mengancam-Indonesia
Jum'at, 16 Agustus 2013 | 11:46 WIB
SBY : Krisis Global Masih Mengancam Indonesia
Topik
"Pembangunan ekonomi memiliki tantangan baru yaitu situasi ekonomi dunia yang kurang menggembirakan. Diperlukan kesiapan mental dan kebijakan yang tepat sebagai langkah antisipatif untuk menghadapi ketidakpastian global, kebijakan yang diambil harus tepat dan terukur," katanya saat membacakan pidato kenegaraan jelang hari Kemerdekaan di gedung DPR, Jumat, 16 Agustus 2013.
SBY juga mengatakan dalam menghadapi ketidakpastian global, sangat penting untuk menarik pengalaman di saat krisis 2008-2009. Pengalaman ini harus dijadikan strategi dalam menghadapi krisis global yang masih terus mengancam.
"Koordinasi antar otoritas fiskal, moneter dan sektor riil juga penting. Pemerintah juga terus memperbaiki kinerja transaksi berjalan, penguatan ekspor serta perbaikan iklim investasi," katanya. Selain itu, optimalisasi penyerapan anggaran juga akan menjadi salah satu strategi dalam mengatasi gejolak internal.
Dalam pembacaan pidato kenegaraan tersebut, SBY juga mengapresiasi kinerja ekonomi Indonesia yang tetap bertahan di tengah ancaman krisis global. Menurut dia
sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/08/16/078504815/SBY--Krisis-Global-Masih-Mengancam-Indonesia
Selasa, 03 September 2013
Perekonomian Indonesia
Atasi Krisis Ekonomi, Pemerintah Gandeng Pebisnis
Presiden SBY dan Wapres Boediono. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Grafis Terkait
Foto Terkait
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa pemerintah telah mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha termasuk Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk mencari solusi atas permasalahan ekonomi yang terjadi sepekan terakhir. Menurut dia, para menteri kabinet dan pelaku usaha terus berkoordinasi untuk mencegah agar perekonomian tak semakin memburuk.
Dalam sepekan terakhir, para menteri ekonomi terus melakukan rapat untuk mencari solusi atas krisis yang terjadi. Dalam rapat-rapat itulah, pelaku usaha seperti Apindo dan Kadin dilibatkan untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi pelemahan rupiah dan potensi perlambatan ekonomi.
"Saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang bekerja maraton selama enam hari enam malam, termasuk pertemuan substantif dengan dunia usaha, dengan Apindo, Kadin, dan para pemimpin bisnis," kata Presiden saat membuka rapat terbatas presiden dengan beberapa menteri ekonomi di Istana Negara, Jumat, 23 Agustus 2013.
Presiden Yudhoyono mengimbau semua kalangan, termasuk para pengusaha, untuk bersinergi dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi. Solusi yang nanti ditelurkan, kata dia, harus mampu mengatasi faktor internal dan eksternal penyebab krisis. "Faktor utama yang mengakibatkan faktor eksternal dan faktor di dalam negeri sendiri. Solusinya, haruslah menyentuh kedua sebab itu, baik yang global regional, maupun yang domestik," katanya.
Sinergi atas seluruh kalangan, kata Yudhoyono, akan menjadi sebuah kekuatan untuk mengatasi krisis seperti yang terjadi pada 2008. Menurut dia, Indonesia harus memetik pengalaman dalam mengatasi krisis pada 2008 yaitu melalui kerja sama demi meminimalkan dampak krisis.
"Indonesia juga terdampak oleh krisis ekonomi global tahun 2008. Dengan kebersamaan dan kerja sama, kita bisa meminimalkan dampak krisis. Sehingga waktu itu ekonomi kita selamat bahkan tetap mengalami pertumbuhan yang positif," kata Presiden .
ANANDA TERESIA
Langganan:
Postingan (Atom)